Iya, saking tingginya ghirah beragama, sahabat itu belum sempat berfikir bagaimana cara membunuh Ka’ab.
Seorang pemuka Yahudi yang hidup dalam benteng kokoh dengan pengawalan ketat tentu berbeda dengan masyarakat awam biasa.
Diceritakan, berhari-hari Muhammad bin Maslamah tak bisa makan dan minum. Rupanya ia terbebani dengan tugas berat itu.
Hingga Nabi memberi keringanan kepadanya.“Perbuatlah apa yang kamu pandang baik untuk itu.”
Seketika Muhammad beroleh inspirasi dari arahan Nabi tersebut. Ia bangkit dan menyiapkan pasukan khusus untuk sebuah operasi rahasia.
Abbad bin Bisyr, al-Harts bin Aus, dan Silkan bin Salamah yang dikenal dengan sebutan Abu Nailah turut bergabung dalam misi intelijen tersebut.
Nama yang disebut terakhir terhitung masih saudara sesusuan Ka’ab bin Asyraf, tokoh yang diincar oleh mereka.
Berbekal simpatik sebelumnya, terlebih dengan hadirnya Abu Nailah, para sahabat memutuskan menemui Ka’ab di istana sekaligus bentengnya itu.
Sampai malam naas itu, Ka’ab ternyata belum sadar dengan bahaya yang mengancamnya.
Ia bersegera turun ke halaman menemui orang-orang yang memanggilnya itu.
“Sungguh aku mendengar keburukan dari ucapan Silkan bin Salamah.” ujar istrinya mengingatkan.
“Aku mencium bau darah yang menetes dari ucapan mereka,” lanjut istrinya geram dengan teriakan para sahabat Nabi.
Mendapat warning demikian. Ka’ab justru bertambah pongah. “Pantang bagi seorang dermawan menolak suatu ajakan apapun. Meski diajak kepada tikaman, sang dermawan itu pasti memenuhinya,” seru Ka’ab yang tak lagi peduli nasihat istrinya.
Anehnya, tiba di pekarangan, tak ada apa-apa seperti dikhawatirkan istri Ka’ab. Tapi sejatinya itulah kematangan strategi intelijen Muhammad bin Maslamah, sang panglima operasi.
Bersama yang lain, Muhammad malah mengajak Ka’ab mengitari kebun di kediaman Ka’ab.
“Sungguh parfummu wangi sekali malam ini. Bolehkah saya mencium kepalamu?“ puji Muhammad sambil meraih kening Ka’ab untuk diciumi.
Ajaib. Ka’ab yang sejak tadi pede dengan mudah menyodorkan kepalanya. Para sahabat pun berlomba ikut-ikutan meraih kening Ka’ab. Menikmati parfum mewah milik seorang bangsawan kaya dan pembesar masyarakat saat itu.
Terlena dengan sanjungan, akhirnya Ka’ab benar-benar lupa daratan.
Tiba-tiba Muhammad bin Maslamah mencengkeram kepala Ka’ab sambil berseru lantang. “Wahai sahabatku, bunuhlah musuh Allah ini!”
Seketika, sejumlah pedang tajam langsung berkelebat menghunjam ke arah kepala dan tubuh Ka’ab.
Hingga akhirnya sebilah tombak kecil mengantar kematian sang penista agama tersebut. Tombak itu menancap tembus ke kemaluan Ka’ab.
Inilah kisah kematian tragis Ka’ab bin Asyraf. Kematian yang pantas bagi penghina Nabi dan keluarganya.
Hingga sekarang reruntuhan bangunan istana atau benteng Ka’ab masih didapati terserak di pinggir Kota Madinah.*
Post a Comment